Upaya Membangkitkan Ekonomi Batam

0
983
Ir. Wirya Putra Silalahi WakilKetua IA-ITBKepri

Oleh:  Ir. Wirya Putra Silalahi

Wakil Ketua IA-ITBKepri

Ketua Dewan Pertimbangan APERSI Kota Batam

 

Dua tahun terakhir ini Batam mengalami kemorosotan ekonomi cukup parah.Dari berbagai indicator ekonomi di Batam selama beberapa tahun terakhir ini, bisa dicatat tiga hal penting:Pertama, Pertumbuhan Ekonomi, pada tahun 2016 dan 2017 Batam mengalami pertumbuhan paling lambat selama sejarah perkembangan Batam. Ini bisa dilihatdata pertumbuhan ekonomi Batam dan nasional pada 8 tahun terakhir.

Pertumbuhan Indonesia dan Batam (2010-2017)

Tahun PertumbuhanEkonomi
Nasional Batam
2010 6,10% 7,77%
2011 6,50% 7,22%
2012 6,23% 6,78%
2013 5,78% 7,18%
2014 5,02% 7,20%
2015 4,79% 6,75%
2016 5,02% 4,13%
2017 – semester I 5,01% 1,52%

 

Dari tabel di atas terlihat jelas, pertumbuhan ekonomi di Batam tahun 2010-2015 selalu di atas pertumbuhan ekonomi nasional.Sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan tajam, di bawah pertumbuhan ekonomi nasional dan juga di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (yang 5,03%).Bahkan pada semester I tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Kepri hanya 1,52%, pertumbuhan ekonomi terburuk nomor 2 dari seluruh provinsi.

Kedua, persoalan tenaga kerja.Batam sebagai kota industri, memiliki banyak pekerja di bidang industri. Pada tahun 1990-an Batam di dominasi tenaga kerja di bidang industry elektronika.Selanjutnya tahun 2000-an bertambah lagi tenaga kerja di bidang galangan kapal atau shipyard.

Tetapi,dengan perkembangan harga minyak dan batubara dunia yang turun drastic dari US$ 100-an ke US$ 30-an pada tahun 2015, menyebabkan industry galangan kapal di Batam menjadi sepi pesanan. Data dari Batam Shipyard and Offshore Association (BSOA),ada penyusutan tenaga kerja dibidang industry galangan kapal dari 250.000 pekerja berkurang menjadi 30.000 pekerja, atau terjadi pemutusan hubungankerja (PHK) sebanyak 220 ribuan orang selama periode tersebut.

Demikian juga dengan tutupnya beberapa perusahaan elektronika , telah mengakibatkan ribuan pekerja di-PHK.Bila diasumsikan ada sekitar 250 ribu pekerja saja yang kehilangan pekerjaan dan menganggur, dengan asumsi rata-rata penghasilan pekerja adalah 4 juta rupiah per bulan, maka masyarakat Batam kehilangan penghasilan sekitar 1 triliun rupiah per bulan, atau 12 triliun rupiah per tahun.

Ketiga, persoalan industri.Batam mempunyai pusat-pusat kawasan industri.Pada tahun 1980-an ada beberapa industri di bidang minyak dan gas bumi, kemudian ada industry elektronika pada tahun 1990-an, selanjutnya ada industry galangan kapal pada tahun 2000-an. Industri elektronika mulai terjadi penyusutan, sesuai dengan dinamika elektronika dunia, beberapa perusahaan elektronika ada yang tutup dan pindah kenegara tetangga.

Tetapi yang sangat drastic terjadi adalah dalam bidang shipyard, menurut info dari BSOA ada sekitar 80 dari 110 galangan kapal yang tutup di Batam. Penyebabnya berbagaifaktor, tetapi yang dominan adalah akibat menurunnya harga minyak dan batubara dunia. Begitu dominan dan besarnya industry shipyard di Batam, anjoknya industry ini juga ikut menggonjang ekonomi Batam.Bila ada sekitar 100 perusahaan shipyard dan elektronika yang tutup, maka selain terjadi PHK ratusan ribu pekerja, ada content local dan kebutuhan rutinitas perusahaan yang hilang order.Nilainya bisa beberapa sampai puluhan miliar per perusahaan, maka diperkirakan ada ratusan miliar rupiah per tahun yang kehilangan order dari Batam.

Ketiga kondisi di atas itulah yang menyebabkan PHK lebih dari 250.000 pekerja dari industry galangan kapal dan elektronika.Hitungan sederhana, ada lebih dari 1,2 triliun rupiah per bulan atau lebih14,4 triliun rupiah per tahun yang hilang dari Batam.Ini jumlah yang sangat besar, yang telah menggoyang sendi-sendi perekonomian di Batam.Ratusan ribu karyawan tentu membutuhkan pangan, sandang, perumahan, transportasi dan lain-lain.Sehingga PHK menyebabkan semua yang berhubungan dengan bidang ini ikut tergoyang, kehilangan daya beli lebih14,4triluan rupiah setahun.Inilah persoalan utama anjloknya ekonomi di Batam.

Membangkitkan Ekonomi

Sesuai dengan PP Nomor 46 tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Pasal 2 (Ayat1): Di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, seperti sektor perdagangan, maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang lainnya.Seharusnya keenam bidang ekonimi inilah yang menjadi focus utama membenahi ekonomi di Batam, agar Batam bisa menjadi lokomotif ekonomi kawasan.

Kita sekarang terkesan sibuk memikirkan keperluan jangka pendek, dengan menaikkan tariff untuk menambah penghasilan internal, tetapi mengabaikan fungsinya sebagai regulator dan motor ekonomi kawasan. Untuk apa menambah penerimaan dengan menaikan tariff Uang Wajib Tahunan (UWT), tariff pelabuhan, tariff bandara, tetapi hasilnya hanya untuk menaikkan gaji pegawai dan kegiatan operasional ? Bersamaan dengan itu, ekonomi Batam malah melambat dan kontraksi,dan masyarakat semakin terbeban.Seharusnya,pemerintah menjadi regulator dan motor ekonomi bagi Batam dan Indonesia.

Bila tahun 1980-an Batam adalah daerah basis industry minyak dan gas, di tahun 1990-an basis industry elektronika, dan di tahun 2000-an betambah lagi basis industry shipyard, maka seharusnya di tahun 2011-an Batam telah mengembangkan basis lain lagi selama 10 tahun kedepan. Namun sampai saat ini belum terlihat apalagi yang dilakukan.Seharusnya sudah terpikirkan basis industry apalagi yang harus dikembangkan di Batam untuk satu decade  kedepan, guna membangkitkan  ekonomi Batam.

Membuat Pelabuhan Transshipment

Pilihan pertama, alternative industri10 tahun kedepan adalah industry maritim, dengan membangun pelabuhan transshipment besar sebagai pintu gerbang ke Indonesia.Dulu pernah ada rencana membuat pelabuhan transshipment berkapisatas 4 juta TEUS di PulauTanjung Sauh, tetapi gagal.Padahal Badan Anggaran DPR RI telah rencana menganggarkannya dalam APBN tahun 2012, tetapi tidak dilaksanakan. Gagasan Pelabuhan Transshipment berkapasitas 4 juta TEUS ini perlu dihidupkan kembali.

Menambah dua juta wisman

Pilihan kedua , Batam bisa menjadi kota wisata utama di bagian barat Indonesia untuk turis asing atau wisatawan mancanegara (wisman). Hitungannya,10 wisman yang datang ke Batam sebanding dengan 1 tenaga kerja selama setahun. Saat ini Batam mempunyai 1,5 juta wisman setahun.Bila Batam bisa menaikkan kunjungan2 juta lagi wisman (naik133% sehingga menjadi 3,5 juta wisman), penambahan 2 juta wisman  akan sebanding dengan 200 ribu tenaga kerja. Tambahan dua juta wisman ini akan bisa menutupi PHK industry shipyard yang sebanyak 200 ribu orang.

Membuat Basis Industri Digital

Pilihan ketiga, Batam bisa mengembangkan industri digital. Trend kedepan adalah industri digital. Singapura dan Johor sudah bergerak kearah itu, Batam sebagai daerah sekawasan dengan Singapura dan Malaysia, tentu jangan sampai ketinggalan kereta lagi.

Sebenarnya para pendahulu Otorita Batam atau BP Batam telah hampir berhasil membuat Batam menjadi maju.Tetapi sejak tahun 2016, ekonomi Batam anjlok dengan pertumbuhan di bawah pertumbuhan nasional.Ini berarti Batam bukan lagi sebagai motor ekonomi nasional, tetapi telah berubah menjadi beban ekonomi nasional.Itulah yang harus diperbaiki kedepan. BP Batam, Pemko Batam, Pemprov Kepri dan Pemerintah Pusat harus berkoordinasi agar ada satu bahasa dalam mengambil langkah-langkah membuat ekonomi Batam maju.***

Undangan Seminar Dan Talkshow.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here