Penulis : dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc
Orgasme merupakan puncak dari aktivitas seksual. Apa saja proses yang berlangsung di otak pada saat seseorang mengalaminya?
Mengapa seks terasa menyenangkan? Dari sisi ilmiah, ada alasan mengapa berhubungan seksual dan orgasme dapat menimbulkan efek gembira dan euforia. Sejumlah penelitian mengatakan bahwa hal tersebut dimulai dari otak Anda.
Menurut artikel yang dilansir Psychology Today, sensasi luar biasa yang dirasakan oleh seseorang saat mengalami orgasme berhubungan dengan persinyalan senyawa yang ditangkap oleh “pusat kenikmatan” (pleasure center) di otak.
Rangsangan seksual yang dirasakan oleh bagian-bagian tubuh membuat persarafan di area “pusat kenikmatan” mengirimkan sinyal berupa zat neurokimiawi. Nah, zat neurokimiawi ini merupakan penghantar pesan yang mengirimkan sinyal emosi, rasa kedekatan, dan bahkan rasa cinta.
Tingkat kenikmatan yang dirasakan saat orgasme sangat berkaitan dengan pelepasan senyawa kimiawi. Pelepasan senyawa kimiawi ini juga dapat digunakan untuk mengukur intensitas dari orgasme. Ada beberapa area spesifik pada otak yang berkaitan dengan rangsangan seksual, termasuk amigdala, serebelum, dan kelenjar hipofisis.
Saat sedang berhubungan seksual, salah satu bagian di otak yang berfungsi sebagai “pusat kenikmatan” juga menentukan apa yang disukai dan kurang disukai oleh tubuh. Rangkaian persarafan yang terdapat di genitalia dan bagian tubuh lainnya juga menyampaikan sinyal ke otak mengenai sensasi yang dirasakan.
Walaupun pria dan wanita dapat memiliki perbedaan pendapat terkait dengan hal yang disukai pada saat berhubungan seksual, terdapat banyak persamaan mengenai proses yang berlangsung di otak saat berhubungan seksual. Saat orgasme, korteks orbitofrontal lateral (bagian otak yang terdapat di balik mata kiri) menjadi tidak aktif. Area tersebut merupakan area yang berperan dalam keterampilan bernalar serta kendali perilaku.
Selain itu, menurut suatu penelitian yang dipublikasikan di jurnal kedokteran Journal of Neuroscience, otak manusia saat mengalami orgasme memiliki tampilan yang sangat serupa dengan otak manusia saat mengonsumsi heroin. Hal ini dibuktikan oleh salah satu penelitian yang menggunakan alat pencitraan magnetic resonance imaging (MRI). Alat ini dapat mengamati perubahan struktur otak saat seseorang orgasme.
Sebagai tambahan, penelitian tersebut juga menemukan bahwa orgasme dapat menonaktifkan area pada otak yang berhubungan dengan pengendalian rasa takut dan impuls tubuh. Namun, banyak area lainnya juga di otak yang mengalami aktivasi saat orgasme.
Menurut Barry Komisaruk, salah satu pakar di bidang neurosains, terdapat lebih dari 30 sistem otak mayor yang mengalami aktivasi pada saat seseorang mengalami klimaks dari hubungan seksual. Di antaranya sistem limbik yang berkaitan dengan memori dan emosi, hipotalamus yang berkaitan dengan kendali tubuh involunter (tak sadar), serta korteks prefrontal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.