Kubu Real Madrid Kehilanggan Zinedine Zidane Sosok Pendiam dan Berjiwa Pemimpin

0
350

baru saja kabar  mengejutkan datang dari kubu Real Madrid, tim berjuluk Los Blancos tersebut kehilangan sosok pelatih yang baru saja mengantarkan mereka meraih gelar ke-3 Liga Champions dalam 3 tahun terakhir.

Hal ini tentu pukulan telak mengingat sang pelatih Zinedine Zidane adalah sosok yang begitu dicintai sebagai pelatih maupun pemain kala ia berkecimpung di Real Madrid.

Apalagi prestasinya yang terbilang begitu mewah untuk sekelas ‘pelatih kemarin sore’ yang baru saja menukangi tim dengan tekanan besar sekelas Real Madrid.

Menjadikan Real Madrid sebagai Raja Eropa dalam 3 tahun berturut-turut, adalah satu hal yang bahkan belum ada yang bisa menyamai rekor tersebut.

Sosoknya yang begitu di kagumi nampaknya juga berawal dari sikapnya yang terkenal pendiam, ramah dan sopan santun hingga berjiwa pemimpin.

3 Alasan Mengundurkan diri Zidane

Zinedine Zidane memutuskan mundur dari kursi pelatih Real Madrid, Kamis (31/5/2018).

Sejumlah spekulasi pun merebak berkaitan dengan alasan Zidane tinggallkan Madrid. Pada jumpa pers soal pengunduran dirinya, Zinedine Zidane sempat berucap bahwa putusannya dibuat pada momen yang tepat.

“Saya pikir tim ini butuh perubahan dan cara kerja baru. Itulah alasan mengapa saya mengambil putusan mundur dari Real Madrid,” ucap Zidane.

Kendati demikian, ucapan Zidane itu bisa saja untuk menutupi alasan sebenarnya. Maklum, meski sukses tiga kali mempersembahkan trofi Liga Champions, Zidane tetap mendapat sorotan dan kritikan. Salah satunya adalah tekanan dari Presiden Real Madrid, Florentino Perez.

Menurut Capello, egoisme Perez berpengaruh pada putusan Zidane mundur. Berikut adalah tiga kemungkinan alasan Zidane mundur seperti disarikan dari Sportskeeda:

1. Mundur saat menjadi pahlawan Zinedine Zidane mundur hanya lima hari setelah mempersembahkan trofi ke-13 Liga Champions bagi Real Madrid. Setelah mendapat kritikan beberapa kali sepanjang musim 2017-2018, Zidane menutup kompetisi dengan gelar juara.
Mundur saat berada “di atas” memang menjadi momen yang tepat bagi Zidane. Dengan begitu, dia akan meninggalkan klub sebagai pahlawan, bukan sebagai pecundang.

2. Tekanan tetap tinggi Melatih Real Madrid bukan perkara mudah. Gelar juara tidaklah cukup jika tidak bisa konsisten menunjukkan performa apik. Hal itulah yang dirasakan Zidane pada musim ketiganya.

Setelah sukses meraih gelar ganda musim lalu, Real Madrid musim ini terseok-seok dan finis di peringkat ketiga La Liga Spanyol meski meraih trofi Liga Champions. Zidane pun mendapat kritik. Sejumlah pihak menilai taktiknya di Real Madrid tak berkembang dalam masa kepelatihannya.

Keberhasilan Madrid pada 2,5 tahun kepelatihan Zidane dianggap sebagian besar adalah andil para pemain bintang yang diberi kebebasan berekspresi di lapangan. Namun, dari sisi strategi, tak ada perubahan mencolok di bawah Zidane. Dia tidak seperti Pep Guardiola di Barcelona yang melegenda dengan permainan tiki-taka.

3. Butuh suasana baru Periode kepelatihan Zidane memang singkat, cuma 2,5 tahun dan 149 pertandingan. Namun, pada periode tersebut dia sudah mempersembahkan 8 trofi bergengsi bagi Real Madrid.

Dengan rentetan gelar itu, Zidane seolah perlu mencari tantangan baru. Dia butuh hal itu agar bisa menunjukkan kemampuan melatihnya. Maklum, selama melatih Real Madrid, taktik Zidane bisa dikatakan tidak mencolok dan kerap meraih hasil positif karena dukungan bintang-bintang yang dimiliki.

Sisi nonteknis dalam hal mengatur pemain bintang menjadi nilai lebih dia. Zidane butuh penyegaran dari sisi taktik dan strategi. Namun, hal itu akan sulit dilakukan di Real Madrid karena tuntutan yang demikian besar.

 

(penulis : budi )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here